Sang Mesias atau Ia Yang Diurapi dalam Perjanjian Lama digenapi dalam kelahiran Yahoshua atau Yesus melalui Maria atau Maryam dari Nasaret. Silsilah Yesus Kristus (lihat karya tulis Silsilah Yesus Kristus [119]) dalam Perjanjian Baru di Kitab Lukas dimengerti oleh para rabbi Yudaisme sebagaimana juga oleh Heli, ayah Maria atau Maryam.
Istilah Kristus dalam bahasa Yunani berarti Yang Diurapi. Kata ini mempunyai arti yang sama dengan kata Mesias, yaitu Yang Diurapi dalam bahasa Ibrani. Dengan demikian, Kristus dan Mesias mempunyai arti yang sama. Kata Arab untuk terminologi ini dalam Qur’an mempunyai arti yang sama yaitu Yang Diurapi atau Mesias Tuhan. Nabi Muhammad menyebut Yesus Kristus sebagai Mesias dalam berbagai bagian Qur’an dan terutama dalam kutukannya terhadap ketahyulan baru mengenai Trinitas dalam Surah 4 Wanita 171 dimana ia juga menyebut Yesus sebagai Firman; dan dalam Surah 4:172. Surah 86, Al Tariq (Bintang Fajar – sebagaimana diterjemahkan oleh Pickthall) disajikan untuk menjelaskan pentingnya kematian Yesus Kristus, sang Bintang Fajar, yang dengan itu memberikan pembaharuan kepada semua orang atau dilahirkan kembali melalui kematiannya, ditandai dengan pencurahan darah dan air dari luka di lambungnya.
Arti kuno yang asli lainnya dari Al Tariq adalah Ia yang datang di waktu malam dan Ia yang meengetuk pintu. Ia menyatakan bahwa ia adalah Al Tariq, sang Bintang Fajar, atau Mesias Raja. Arti penting dari Surah AL Tariq ini terabai sepenuhnya pada zaman Islam moden.
Yesus, sang Firman, Imam Besar adalah sang Bintang Fajar dari planet bumi. Hal ini dapat dilihat dari Ayub 1:6; 2:1 dan 38:4-7 bahwa ada Bintang Fajar dan Putra-putra Allah yang hadir pada saat penciptaan dunia dan bahwa Putra-putra Allah tersebut, yang termasuk Iblis, mempunyai hak menghampiri Tahta Allah secara terus-menerus. Kristus menyatakan secara samar-samar siapa diriNya di dalam Injil, namun makna sepenuhnya mengenai perkara yang diperkatakannya tidak dipahami. Nama Bintang Fajar di dalam bahasa asli Ibrani dan Arab mempunyai arti yang sama dengan Ia yang datang di waktu malam dan Ia yang mengetuk pintu. Ini terkandung dalam istilah Arab Al Tariq dan dipahami oleh bangsa Arab. Qur’an menunjukkan sebuah pemahaman yang jelas dan pasti mengenai siapakah Sang Bintang Fajar itu. Mari kita telaah Surah 86 Al Tariq (atau sang Bintang Fajar):
Dinyatakan di Mekkah:
1 "Dalam nama Allah, yang maha Pengasih dan Penyayang.
2 Dalam nama surga dan Bintang Fajar.
3 Ah, apa yang akan menjelaskan padamu apakah Bintang Fajar itu!
4 Bintang yang menembus!
5 Tak ada jiwa manusia yang dapat menjagainya.
6 Maka biarlah manusia memikirkan dari apa ia diciptakan.
7 Ia diciptakan dari cairan yang tercurah
8 Yang keluar dari lambung.
9 Lihat! Ia mampu mengembalikan Dia (hidup kembali)
10 Pada hari dimana pikiran yang tersembunyi akan dibukakan
11 Maka Ia tak’kan lagi mempunyai kuasa ataupun pertolongan
12 Demi langit yang memberikan hujan,
13 Dan bumi yang terbelah (dengan tumbuhnya pohon dan tanaman)
14 Lihat! ini (quran) adalah perkataan yang akhir,
15 Bukan perkataan yang menyenangkan belaka.
16 Lihat! mereka membuat persekongkolah (terhadap engkau, Oh Muhammad)
17 Dan Aku membuat rencana (terhadap mereka)
18 Maka berikan penundaan bagi mereka yang tidak percaya.
19 Perlakukan mereka dengan lembut untuk sementara waktu."
Perhatikan ayat 6 dan 7 yang dengan jelas menyatakan bahwa kita diciptakan. Ini merupakan keterkaitan dengan bagian dari penyaliban sang Bintang Fajar ketika Yesus Kristus ditusuk dengan tombak dan dinyatakan mati. Dengan kata lain, pada titik inilah dalam kematian Yesus, sang Bintang Fajar, manusia sebenarnya diciptakan. Tetapi karena manusia diciptakan dari Adam, apa yang sebenarnya dimaksud Muhammad? Ia menyatakan bahwa dimulai pada saat itu manusia diciptakan kembali atau dilahirkan kembali di dalam sang Mesias, Yesus putra Maryam (Maria), sebagaimana ia biasa memanggilnya. Muhammad dengan jelas memaksudkan kebangkitan dari kematian dalam ayat 8 yang dinyatakan disini dalam Bintang Fajar. Beberapa warga Islam berusaha untuk menyatakan bahwa cairan yang tercurah adalah air mani. Akan tetapi, secara anatomis ini tidak masuk akal.
Tidaklah sesuai bila dinyatakan bahwa Muhammad menyangkal hal itu dilakukan atau bahwa kematian secara fisik memang terjadi. Orang Yahudi mendakwa bahawa mereka telah membunuh Kristus dan dia tidak dibangkitkan. Mererka mendakwa bahawa pada masa itu dia mati dan tetap mati. Dari kata-kata jelas teks dalam Al Tariq nampak kebalikannya. Adalah sama mungkinnya bahwa ia sebenarnya menolak pernyataan kaum Yahudi mengenai kebangkitan. Penambahan di dalam tanda kurung bukanlah tulisan asli. Jika pengartian Profesor Johns benar, maka Muhammad tidak pantas menjadi nabi karena ia menentang Hukum Tuhan dan kesaksian (Yesaya 8:20). Oleh karena itu, seharusnya ada arti lain dari tulisan itu.
(Karena kata-kata tersebut merupakan bagian dari pewahyuan dalam tradisi keislaman, terkadang gaya perseorangan penulis Alkitab menjadi masalah bagi umat Islam. Konsep mengenai inspirasi dan ketepatan dari Roh Kudus telah dikurangi dengan perubahan sinkretis dan mengalir dari hukum alkitabiah dan pengajaran dari doktrin Atanasia dan secara umum adalah penyebab dari pandangan ini. Lihat juga Johns, dalam karya tersebut di atas, halaman 19 untuk komentar mengenai perilaku Muslim dan berbagai bentuk narasi Alkitab dan bentuk oral Qur’an).
Dari Surah Al Tariq, umat Kristen dapat memahami apa yang dimaksud ketika Kristus menyatakan bahwa ia adalah pintu (atau, gerbang) dalam Yohanes 10:7. Selanjutnya dalam Matius 7:7 dan Lukas 11:10, pintu telah dibukakan bagi siapa saja yang mengetuk, dan dalam Wahyu 3:20, Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk. Kesemua tulisan tersebut merupakan referensi yang diambil dari dan menandakan nama dan status Kristus sebagai sang Bintang Fajar, maksud dari pelayananNya dan bahwa ia adalah sang Mesias.
Baik dalam Al Tariq maupun Lembu, Muhammad menyatakan bahwa tidak akan ada penolong atau perantara. Ia tidaklah menyangkal kuasa Kristus dalam penghakiman manusia, tetapi praktik yang semakin berkembang dalam perantaraan melalui manusia, atau melalui Bunda Maria, para malaikat ataupun para orang suci yang telah mati. Contoh lebih jauh adalah dalam Perjalanan Malam pasal 17 ayat 56-57 yang menyatakan,
Jika kamu mau berdoalah kepada siapapun yang kau anggap allah selain Dia. Mereka tak dapat mengangkat bebanmu, ataupun mengubahnya. Mereka sendiri, kepada siapa mereka berdoa, berusaha untuk mendekat pada Allah mereka, saling berlomba untuk mendekat padaNya.
Konsep alkitabiahpun demikian, yaitu bahwa doa harus diucapkan kepada Tuhan saja (dalam nama Yesus), dan bukan kepada yang lain
Islam yang berpandukan Hadis menolak Kristus dan dengan itu menyangkal Quran
Islam moden menolak komentar mengenai Mesias dan menyatakan dari sejumlah teks dalam Qur’an bahwa Muhammad tidak memberikan perbedaan terhadap Yesus Kristus, sepereti dalam Surah 6 Sapi pada ayat 81-91 dan secara spesifik dalam ayat 86, Yesus disebut sebagai Yang Maha Benar. Pada kenyataannya, pengelompokkan tulisan ini dengan jelas menunjukkan bahwa hikmat itu merupakan pemberian Tuhan dan tidak berasal dari manusia. Tuhan membukakan pada para orang terpilih kebenaran dan memberikan kuasa dan kenabian Alkitab. Kepatuhan terhadap firmannya yang diungkapkan merupakan sesuatu yang kondisional untuk mempertahankan pengetahuan dan otoritas; dan penghapusan otoritas kepada orang-orang patuh lainnya, hukuman untuk ketidak-patuhan. Ini merupakan pengulangan pernyataan Yesus Kristus dalam Matius 21:43.
Teks-teks berikut adalah penting bagi memahami peranan Kristus dalam Quran dan teks-teks ini mengulangi pendirian Alkitab.
1. [5.43] Dan (sungguh menghairankan), bagaimana mereka meminta keputusan hukum kepadamu, padahal di sisi mereka ada Kitab Taurat yang mengandungi hukum Allah, kemudian mereka berpaling pula sesudah itu (dari hukumanmu)? Dan (sebenarnya) mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
2. [5.44] Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu Nabi-nabi yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu) dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia) dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang yang kafir.
3. [5.46] Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Mariam mengikuti jejak langkah mereka (Nabi-nabi Bani Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang mengandungi petunjuk hidayat dan cahaya yang menerangi, sambil mengesahkan benarnya apa yang telah ada di hadapannya dari Kitab Taurat, serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang (hendak) bertakwa.
4. [5.66] Dan kalau mereka bersungguh-sungguh menegakkan (menjalankan perintah-perintah Allah dalam) Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka (Al-Quran), nescaya mereka akan makan (yang mewah) dari atas mereka (langit) dan dari bawah kaki mereka (bumi). Di antara mereka ada sepuak yang adil dan kebanyakan dari mereka, buruk keji amal perbuatannya.
5. [5.68] Katakanlah: Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dikira mempunyai sesuatu agama sehingga kamu tegakkan ajaran Kitab-kitab Taurat dan Injil (yang membawa kamu percaya kepada Nabi Muhammad) dan apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhan kamu (iaitu Al-Quran) Dan demi sesungguhnya, apa yang diturunkan kepadamu (wahai Muhammad) dari Tuhanmu itu, akan menambahkan kederhakaan dan kekufuran kepada kebanyakan mereka. Oleh itu janganlah engkau berdukacita terhadap kaum yang kafir itu.
6. [5.110] (Ingatlah) ketika Allah berfirman: Wahai Isa Ibni Mariam! Kenanglah nikmatKu kepadamu dan kepada ibumu, ketika Aku menguatkanmu dengan Rohulqudus (Jibril), iaitu engkau dapat berkata-kata dengan manusia (semasa engkau masih kecil) dalam buaian dan sesudah dewasa dan (ingatlah) ketika Aku mengajarmu menulis membaca dan hikmat pengetahuan, khasnya Kitab Taurat dan Kitab Injil dan (ingatlah) ketika engkau jadikan dari tanah seperti bentuk burung dengan izinKu, kemudian engkau tiupkan padanya, lalu menjadilah ia seekor burung dengan izinku dan (ingatlah ketika) engkau menyembuhkan orang buta dan orang sopak dengan izinku dan (ingatlah) ketika engkau menghidupkan orang-orang yang mati dengan izinKu dan (ingatlah) ketika Aku menghalangi Bani Israil daripada membunuhmu, ketika engkau datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat), lalu orang-orang yang kafir di antara mereka berkata: Bahawa ini hanyalah sihir yang terang nyata.
Dalam Surah 5 Pembukaan Meja 46, 78 dan 110 dan seterusnya, kita melihat bahwa Injil diberikan kepada Yesus Kristus untuk mengkonfirmasikan apa yang telah dibukakan sebelum Dia, seperti pemenuhan Hukum Tuhan dan kita memberikan kepada Dia Injil dimana bimbingan dan cahaya mengkonfirmasikan apa yang telah (diungkapkan) sebelum Injil itu di dalam Taurat – sebuah bimbingan dan nasihat bagi mereka yang tersesat (kejahatan).
Muhammad menyatakan dengan samar-samar pada ayat 47 bahwa Umat Firman Tuhan akan dihakimi dengan apa yang diwahyukan dan bahwa: … Mereka mendapatkan kita untuk membukakan kebenaran Firman Tuhan, maka bedakanlah diantara mereka dengan apa yang telah diwahyukan Allah pada kita …
Sebuah bagian yang jelas-jelas membingungkan muncul pada ayat 51 karena Muhammad dikatakan telah membuat kontradiksi terhadap dirinya sendiri saat mengatakan, Hai kalian yang percaya! Janganlah berteman dengan Yahudi ataupun Kristen. Mereka keduanya saling berteman.
Disini Muhammad membuat perbedaan yang jelas antara Umat Firman Tuhan (contohnya kaum Syeba) dan mereka yang secara umum ia sebut Kristen. Ia membedakan antara Gereja Tuhan, yang pada saat itu berkedudukan di dataran tinggi Syria, Armenia dan Mesopotamia, yang mematuhi Hukum Tuhan dan ajaran Yesus Kristus, dan sekte-sekte gereja Kristen utama umumnya yang telah mengadopsi sejumlah adat-istiadat kafir dan melakukan ketakhyulan yang serius, termasuk Trinitas.
Para penulis di masa selanjutnya menyertakan komentar ini sebagaimana yang dilakukan oleh Pickthall pada ayat 53 setelah, Maka orang-orang percaya akan mengatakan (kepada Umat Firman Tuhan), Apakah ini yang bersumpah demi Allah dengan sumpah yang paling mengikat bahwa mereka benar-benar beserta denganmu? Karya mereka telah gagal dan mereka telah menjadi pecundang. Teks ini berkesesuaian dengan janji Yesus Kristus dalam kitab Wahyu kepada jemaat (gereja) di Filadelfia, dimana mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah Yahudi, tetapi bukan, dan sesungguhnya adalah jemaat Iblis, akan menyembah (proskuneo) orang-orang pilihan.
Muhammd menyatakan, dalam Surah 42 Nasihat ayat 13, bahwa agama (dari mereka yang menyerah) dimulai oleh Abraham, Musa dan Yesus dan tidaklah terpecah-belah, yang dikenal sejak jaman Nabi Nuh. Pendirian ini adalah yang kita pahami sebagai dasar dari agama sejak jaman Nabi Nuh dan hukum-hukum Tuhan yang dipahami dari Nabi Nuh. Yudaisme rabinis menyebutnya hukum Nuh dan menyatakannya sebagai sesuatu yang berbeda dengan hukum Taurat sebagaimana yang diperoleh dari tradisi lisan turun-temurun. Hukum ini bersumber dari Adam (lihat dalam serial mengenai Hukum Tuhan: [L1], dan karya-karya tulis [252-263] dan [281]. Tak ada perbedaan Alkitabiah antara hukum Tuhan yang diberikan kepada Musa dan hukum yang dijalankan oleh Nuh dan Abraham dan yang dilakukan oleh Melkisedek di Salem. Muhammad menyatakan bahwa Tuhan sendiri memilih dan memanggil mereka yang berpegang pada iman. Ini adalah pegangan Paulus dalam Roma 8:29-34.
Pada ayat 14 Surah 42, Muhammad menyatakan bahwa kepercayaan telah berpecah selepas pengetahuan diberikan dan dipicu oleh persaingan (atau oleh pertimbangan duniawi) dan bahwa mereka yang diciptakan untuk mewarisi Firman Allah di generasi berikutnya, yaitu sesudah perpecahan, dipenuhi dengan keraguan mengenainya. Dengan kata lain, sistem gereja-gereja utama ini menjadi terpecah-belah dan murtad. Dengan jelas ia menyebutkan aliran Difisit/Monofisit dan aliran doktrin Kalsedonia, dan kekeliruan mendasar mereka dalam kaitannya dengan doktrin asli yang dipraktikkan oleh apa yang disebut kaum Paulisia.
Muhammad menyatakan, dalam Surah 43 Hiasan Emas ketika membahas mengenai penetapan agama, bahwa Mesir menjadikan terang pada Musa (ayat 54). Disini Firaun dan Mesir digunakan dalam pengertian klasik Alkitabiah mengenai dosa dan kekuasaan dunia. Ia juga menyatakan bahwa umat mentertawakan Yesus Kristus.
Muhammad, sesuai wahyu di dalam Qur’an, menyatakan tentang Yesus Kristus, bahwa Ia tidak lain adalah hamba (dari Tuhan, yaitu Abd Allah, yang dianggap sebagai jabatan tertinggi dari Tuhan) pada siapa kita (yaitu Eloah, atau Elaha’) bersahabat dan kita menjadikannya sebuah pola untuk anak-anak Israel. Ia menggunakan ini dalam pengertian Roma 11 dan adalah dari Muhammad kita dapat melihat identitas nasional dan tanggung-jawab yang jelas dari umat pilihan. Pada ayat 63, Muhammad menyatakan bahwa Yesus datang dengan bukti nyata (akan kekuasaan Tuhan - Pickthall). Ia mengatakan, Aku telah datang kepadamu dengan hikmat dan untuk menjelaskan sejumlah hal yang merupakan perbedaan diantara kamu. Jadi jalankanlah kewajibanmu pada Allah dan patuhilah aku. Ia juga menunjukkan perseteruan antara kelompok-kelompok Yahudi pada ayat 65. Hadits menggunakan Surah 3 Keluarga Imran dari ayat 80-84. Pada ayat 80, Muhammad mengetakan, Dan Ia memerintahkan padamu agar tidak menjadikan malaikat dan nabi-nabi sebagai allah. Apakah Ia akan memerintahkan padamu untuk tidak percaya setelah kamu menyerah (kepada Allah); dan dari ayat 83 dan 84:
Katakan (Oh Muhammad): Kami percaya pada Allah dan apa yang diwahyukan kepada kami dan apa yang telah diwahyukan kepada Abraham dan Ismail dan Ishak dan Yakub dan suku-suku, dan apa yang telah dipercayakan pada Musa dan Yesus dan para nabi dari Allah mereka. Kami tidak membeda-bedakan mereka, dan kepadaNya kami menyerahkan diri.
Dan siapapun yang memeluk agama selain agama Penyerahan (pada Allah) tidaklah akan diterima darinya, dan ia akan menjadi pencundang dalam kekekalan.
Istilah Menyerah diterapkan pada Musa, Yesus Kristus dan Muhammad di dalam Perjanjian Lama dan Baru dan Qur’an. Kata bahasa Arab untuk menyerah adalah Al Islam. Istilah pecundang dalam kekekalan hanya dapat diterapkan dalam pengertian memperoleh kebangkitan dan penghakiman yang lebih rendah tingkatannya.
Dari komentar, Kami tidak membeda-bedakan mereka dst., kaum Islam masa kini berusaha untuk menyangkal keberadaan Atanasia dan kemudian, entah bagaimana, mengabaikan ajaran Yesus Kristus yang sebenarnya tidak dibenarkan oleh Muhammad. Pendirian ini tidaklah jauh berbeda dengan firman Yesus Kristus sendiri ketika ia menyampaikan Wahyu kepada Yohannes. Dalam Wahyu 22:7-9 Yesus mengatakan:
7 "Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!" 8 Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya. 9 Tetapi ia berkata kepadaku: "Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!"
Pernyataan Yesus Kristus dan Muhammad adalah sama. Penggunaan istilah kurios atau Tuhan di dalam kaitannya dengan Yesus Kristus adalah dalam pengertian pemimpin atau pemerintah, bukan seperti yang digunakan Muhammad disini dalam pengertian Tuhan. Istilah tersebut tidaklah membuat perbedaan antara keduanya adalah dalam hal inspirasi dari pesan yang disampaikan, tetapi Injil Kerajaan Allah adalah pesan dari buah-buah sulung dan dari Roh Kudus Pentakosta, jadi Muhammad tidak dapat menyangkal Yesus Kristus sebagai buah sulung karena itulah keseluruhan misiNya, dan yang memang diakui oleh Muhammad, sebagaimana yang dinyatakan dengan amat jelas di dalam Al Tariq. Apa yang memang dilakukan Muhammad adalah untuk menghancurkan secara total konsep Atanasia mengenai Trinitas, yang memang tidak pernah dipegang oleh Gereja Kristen yang awal, dan yang telah menyebabkan mereka terus-menerus dianiaya (lihat terjemahan Profesor Roth mengenai Titah Iman [the Edict of the Faith] pada tahun 1512 dari Andres Del Palacio, Inkuisitor Wilayah Valensia – C. Roth, The Spanish Inquisition). Islam tidak dapat menyangkal Yesus Kristus lalu tetap menjadi Islam. Haruslah diingat bahwa Muhammad menulis untuk menentang ketakhyulan trinitarian. Mereka menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang sejati sementara Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa hanya ada satu Tuhan yang sejati dan bahwa Yesus Kristus adalah putraNya yang Ia utus (Yohanes 17:3; 1Yohanes 5:20). Qur’an harus dibaca dengan pemahaman akan tulisan yang tersedia bagi Muhammad. Keluarganya hidup di bawah pengaruh Kristen dan sebelumnya adalah Kristen. Tetapi ia bukan penganut Trinitas dan itulah yang menjadi sebab Islam muncul dan Qur’an dituliskan.
Dalam Surah 57 Besi, Muhammad, pada ayat 26-27, menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberiken kepada Nuh dan Abraham dan bahwa kenabian dan Firman Tuhan dipercayakan pada keturunan mereka, dan bahwa para utusan (atau nabi) dibuat mengikuti jejak-langkah Nuh dan Abraham, dan bahwa Yesus dibuat mengikuti dan diberi Injil dan bahwa Tuhan menimbulkan belas-kasih dan kemurahan di dalam hati mereka yang mengikuti Dia. Ia menggunakan ayat-ayat itu untuk secara spesifik membantah bahwa monastisisme bukanlah titah Tuhan. Signifikansi hal ini amatlah besar. Sekte-sekte yang mempraktikkan penyimpangan non-Alkitabiah ini pada saat itu mencakup Atanasia maupun Monofisit. Kaum Paulisia adalah satu-satunya sekte yang tidak melakukan hal itu. Hal ini tidak lagi mempunyai unsur Alkitabiah sama seperti ketika Muhammad tidak mengabsahkannya dengan perkataan ini yang ditujukan bagi Tuhan, Tetapi mereka menciptakan monastisisme – Kami tidak mentahbiskannya untuk mereka.
Dari ayat 25,
Kami mengirimkan utusan kami dengan bukti yang jelas dan mewahyukan mereka dengan Injil dan Keseimbangan agar umat manusia menggunakan ukuran yang benar.
Umat Firman Tuhan diperingatkan pada ayat 29 bahwa mereka sama sekali tidak punya kendali atas pembalasan Tuhan tetapi pembalasan itu berada di tangan Tuhan untuk dijatuhkan pada siapapun yang diinginkanNya. Ini merupakan penentangan secara langsung terhadap doktrin-doktrin yang diterbitkan pada tahun 590 Masehi oleh Gregorius I saat ia mendirikan Tahta Suci Roma sementara, yang berakhir setelah 1.260 tahun atau pada tahun 1850 Masehi. Roma menitahkan bahwa otoritas sementara berada di tangan Gereja Roma. Berdasarkan "Bull Unam Sanctam", keselamatan dianggap mustahil di luar Gereja Roma. Ini tentu saja merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab dan juga bertentangan dengan apa yang dinyatakan Qur’an.
Firman Tuhan dijaga oleh Yudea sampai tibanya Mesias dan Firman itu beserta Perjanjian Baru tersedia pada masa kini. Gulungan kitab Laut Mati menunjukkan bahwa Alkitab adalah tetap sama seperti yang digunakan pada jaman Yesus Kristus. Dengan demikian Islam tidak dapat menyatakan bahwa Alkitab telah sama sekali menyimpang.
Dalam Surah 61 Kedudukan (Jemaah), di ayat 6, Muhammad mengatakan,
Dan ketika Yesus putra Maryam mengatakan ‘Hai anak-anak Israel, lihatlah aku adalah utusan Allah bagimu, meneguhkan semua yang telah diwahyukan sebelum aku di dalam Taurat dan membawa kabar baik mengenai seorang utusan yang akan datang setelah aku; yang namanya adalah yang Terpuji. Akan tetapi sekalipun Ia telah datang bagi mereka dengan bukti yang nyata mereka berkata ‘Ini hanyalah sihir’.
Dituduhkan bahwa istilah yang Terpuji (atau Ahman) adalah, karena merupakan salah satu dari nama-nama nabi, menyebut tentang dirinya sendiri, tetapi orang lain mengatakan bahwa istilah itu digunakan untuk Roh Kudus atau sang Penghibur, dan yang lain lagi mengatakan itu adalah nama bagi keduanya dan merupakan bukti bagi penerimaan Muhammad. Akan sangat luar biasa bagi Muhammad bila tidak memahami peran Roh Kudus dan agaknya mustahil jika ia berusaha untuk menempatkan dirinya dalam peran Roh Kudus.
Pada ayat 14, ia menyebut mengenai perbedaan pendapat antara dua pihak umat Israel, ketika Yesus Kristus bertanya kepada para rasul siapakah pembantunya, dan ada yang percaya dan yang tidak percaya, dan mereka yang percaya dikuatkan oleh Tuhan dan menjadi lebih unggul.
Seseorang hanya dapat mengasumsikan bahwa yang ia maksud disini ia menyebut mengenai 40 tahun masa karunia untuk terjadinya pertobatan di dalam kerangka tanda Yunus dan penggenapannya adalah kehancuran Bait Allah pada tahun 70 Masehi dan perusakan Yerusalem dari 1 Nisan tahun 70 Masehi hingga Nisan 71 Masehi, tepat 40 tahun setelah kematian Yesus Kristus. Gereja Tuhan melarikan diri ke Pella dan diselamatkan, sementara Yerusalem dan Bait Allah dan para pengikutnya dimusnahkan. Di tengah waktu ini mereka yang beralih kepercayaan dipisahkan dan ditolak dari Yehuda.
Dari Surah 19 Maria dan Surah 21 Nabi-nabi, kita melihat bahwa Muhammad menyajikan silsilah para nabi dengan Ishak dan Israel, ke dalam kedudukan Daud dan Salomo sebagai raja. Ia menyatakan tak ada keistimewaan bagi Ismail, tetapi justru menyatakan bagi dirinya penerimaan diantara mereka sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab dan sebagai nabi (19:54 dan seterusnya dan 21:85) dan sebagai salah satu dari umat pilihan dalam Surah 38:49.
Dari Surah Maria, kita mendapatkan pernyataan yang jelas mengenai kelahiran Yesus Kristus dari wanita perawan, tetapi kisahnya nampak berkaitan dengan Injil Apokriptik Mesir, kecuali bila komentar yang diberikan bersifat alegori yang mungkin memang disengaja, dan mengandung maksud mengenai masa pemisahan (lihat karya tulis Pemurnian dan Sunat [251]). Menyangkut pernyataan bahwa Maria jelas mengandung sebelum menikah, uraian dalam ayat 27 mungkin adalah pengungkapan tentang anggapan dari pihak sanak-keluarga atau desa tempat tinggalnya.
Pada ayat 28, Muhammad membuat observasi yang paling penting dimana ia menyebut Maria sebagai saudara perempuan Harun. Dalam Matius dan Lukas kita memperoleh silsilah Yesus Kristus, yang adalah dari Daud – di dalam Matius – melalui Salomo; dan dalam Lukas, melalui Natan (lihat karya tulis Silsilah Mesias [119]). Yesus Kristus berada dalam garis keturunan Yehuda dan kedua garis keturunan tersebut bersumber dari Yehuda, namun agar memenuhi nubuatan tentang dua kali kedatangan Mesias, Mesias Harun dan Mesias Israel, garis keturunan dari suku Lewi diperlukan. Garis keturunan Yudea saja tidaklah memadai untuk melengkapi nubuatan ini, yang kita tahu menyebar dari tulisan Anak-anak Zadok. Lebih lanjut, nubuatan di dalam Zakharia 12:10-14 menunjukkan bahwa "mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam", keluarga dari garis keturunanNya nampaknya adalah dari Daud melalui Natan (ayat 12) dan Lewi melalui Simei (ayat 13). Karena saudara sepupu Maria, Elisabet, adalah istri dari Zakharia, imam besar dari Pembagian Abiya, dan karena keterbatasan yang ditetapkan pada kaum Lewi dalam kitab Bilangan, Elisabet dan, mungkin karena itu, Maria, adalah sepenuhnya Lewi, dalam hal Elisabet dan sebagian Lewi dalam hal Maria, memungkinkan Zakharia untuk digenapi dan Yesus Kristus adalah Mesias dari Harun dan Israel. Pernyataan Muhammad bukanlah kekeliruan ataupun istilah umum, namun merupakan kesamaan terhadap nubuatan di dalam Zakharia, mungkin menunjukkan bahwa ia juga telah membaca dan memahami Zakharia.
Kekacauan timbul menyangkut penyangkalan oleh Muhammad bahwa Tuhan akan mengambil seorang putra bagi diriNya. Baik Kekristenan Atanasia dan Islam masa kini tidaklah memahami takdir pamungkas umat manusia sebagai putra-putra Tuhan, dan bahwa Yesus Kristus adalah buah sulung dari hal ini.
Muhammad berusaha untuk menyangkal pendirian kaum Atanasia mengenai Trinitas yang membatasi konsep rohani dari kesatuan dan keberadaan kekal dengan Tuhan membatasi Yesus Kristus pada konsep putra tunggal dan tersendiri di dalam pengertian keberadaan fisik sebagai manusia. Muhammad sama sekali tidak menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Mesias dan buah sulung. Bahkan, ia menyatakan hal itu.
Tradisi Hadist yang awal menunjukkan bahwa Alkitab disalin ke dalam bahasa Ibrani pada jaman Muhammad, dan mempunyai dua sumber. Hexaplas Origen disalin ke dalam bahasa Ibrani dalam beberapa tahap dan Alkitab tersedia di Pella dan Arabia pada jaman-jaman awal, sementara Gereja Tuhan telah berdiri di wilayah dataran tinggi Mesopotamia. Hukum Tuhan dan Hukum para Nabi tentunya tersedia sejak jaman dinasti Yudea di Mekkah dan Felix Arabia secara umum.
Islam masa kini memalsukan bahwa buku-buku yang dibaca oleh Muhammad tidaklah sama dengan yang terdapat sekarang ini dan dengan demikian mereka tidak perlu mematuhi ketentuan dari Muhammad untuk mempelajari Taurat dan naskah yang berisikan Perjanjian Baru. Gulungan kitab Laut Mati menunjukkan kelirunya ajaran tersebut.
Dari tulisannya, Muhammad dengan jelas mengakui Yesus adalah Kristus, sang Mesias. Kaum Suni dan Syiah melakukan terhadap ajaran Muhammad hal yang sama seperti yang dilakukan Roma terhadap Injil Kerajaan Allah. Bahkan, karena hal inilah, dan karena penyembahan berhala bangsa Arab, Muhammad memulai pelayanannya. Islam masa kini mempunyai dispensasi yang berbeda, mereka melanggar Sabat melawan perintah langsung dari Muhammad, dan tidak mematuhi hukum tentang makanan karena mereka tidak memahami hukum yang dinyatakan di dalam Taurat, karena mereka tidak membacanya. Seseorang tak dapat membaca Qur’an secara terpisah dari Alkitab dan mencapai pemahaman. Penutupan kebenaran ini, walaupun dilakukan secara tidak sengaja, juga berlangsung sekarang ini. Di dalam karya terjemahannya yang sebenarnya baik, N.J. Darwood telah menganggap Al Tariq sebagai Pengunjung di Waktu Malam dari arti nama tersebut yang paling menyimpang. Nama ini digunakan lebih jarang dari Bintang Fajar dan Ia yang Berdiri di Pintu dan Mengetuk, tetapi dikenal dan digunakan dalam 1 Tesalonika 5:2, karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.
Sekalipun nama ini kehilangan artinya yang mendalam bagi pembaca Alkitab berbahasa Inggris maupun Indonesia, tak diragukan bahwa Tariq dipahami secara umum dalam Islam. Tanyakan pada setiap anak apa arti nama Tariq dan jika ia memang tahu, yang amat mungkin, ia akan menjawab Sang Bintang Fajar. Identifikasi istilah Surah, sang Bintang Fajar dan Ia yang Ditikam Lambungnya, dengan Yesus Kristus, merupakan sesuatu yang sederhana dan tak dapat dihindarkan.
Dengan demikian kita dapat melihat perkembangan tradisi ini sejak jaman Musa, yang memberikan komentar kenabian yang pertama dalam Kejadian 17:19 dan di saat pemberian janji kepada Yudea dalam Kejadian 49:10, Tongkat Kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia [Syiloh] datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. Nubuat Musa dalam Ulangan 18:15 dan 18:18-19 dinyatakan telah digenapi oleh Yesus Kristus.
Pengharapan umum dari tradisi Yehuda-Kristen-Islam adalah kedatangan Mesias, Raja Kebenaran, yang akan mendirikan kekuasaanNya selama 1.000 tahun (Wahyu 20:4) yang disebut Milenium. Tradisi Kristen adalah bahwa Milenium (atau Chiliad) akan didahului dengan kebangkitan yang pertama dari Pelekizu (para martir, atau mereka yang dianiaya karena Yesus Kristus). Kebangkitan yang ke dua atau yang menyeluruh terjadi pada akhir dari Milenium.
Satan (juga disebut Azazel [Ibrani] atau Iblis [Arab]) dibelenggu selama 1.000 tahun dan dilepaskan pada akhir dari Milenium pada saat mana ia akan sekali lagi menyesatkan dunia dan perang yang terakhir terjadi.
Penyesatan yang terakhir ini akan diikuti dengan pemusnahan total bangsa-bansa, dan kemudian kebangkitan yang ke dua atau yang menyeluruh. Qur’an, dalam Surah 18 Gua ayat 95-101, menyebut perang akhir Gog dan Magog ini dengan namanya dan menunjukkan bahwa adalah pada saat itu sangkakala yang terakhir akan dikumandangkan untuk kebangkitan orang mati yang menyeluruh dan penghakiman sebagaimana yang telah kita lihat. Sangkakala yang terakhir sebenarnya adalah dua sangkakala (Surah 39:68 Pasukan, dan Surah 79:6 Ia yang Ditarik ke Depan dan seterusnya). Pasukan akan menjadi pemula penghancuran bangsa-bangsa, dan yang kedua untuk kebangkitan, dan pada ayat 69-75 ditunjukkan penataan Buku Penghakiman.
Yesaya 65:20 menunjukkan bahwa sebuah periode 100 tahun akan terjadi setelah kebangkitan yang ke dua agar semua dapat memperoleh keselamatan. Setelah itu penghakiman dan pemusnahan mereka yang tidak bertobat akan terjadi.
Nubuatan Alkitab menandakan bahwa Elia (atau seseorang yang ditempati roh Elia) akan dikirim untuk memberi amaran tentang kedatangan Mesias (Maleakhi 4:5). Matius 17:11 menunjukkan bahwa Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan bahwa Yohanes Pembaptis adalah pendahulu dari nabi ini. Anak-anak Zadok menyebut nabi ini sebagai Penterjemah Hukum Tuhan (yang mungkin kenyataannya, adalah Mesias Israel dan bukan Elia) dan Yeremia 4:15 menandakan bahwa nabi atau suara yang menyuarakan peringatan mengenai jaman akhir (lihat karya tulis Peringatan Mengenai Jaman Akhir [044]) akan berasal dari suku Dan dan Efraim. Nubuatan Katholik di kemudian hari menyebut mengenai nabi dari suku Dan ini sebagai Antikristus dari suku Dan karena ia adalah penganut Sabat yang menghancurkan berhala (iconolast) dan membawa ajaran yang menentang kebaktian gereja di hari Minggu.
Tradisi Mahdi dalam Islam menyatakan bahwa Jaman Akhir atau Hari Kiamat akan didahului dengan sebuah periode kekacauan secara universal. Penderitaan dan penekanan akan diakhiri dengan pemunculan Imam Mahdi sebagai pemulih keadaan dan raja dari Kerajaan Milenia (atau Chiliastic). Kerajaan ini akan dihancurkan oleh Daddjal, si iblis, (juga disebut dalam Wahyu 20:4-12) yang pada gilirannya akan dikalahkan oleh Nabi Isa (Yesus Kristus) yang akan memulihkan keadilan. Para pengikut Imam Mahdi telah mengacaukan ajaran mengenai Akitab dan Qur’an telah menempatkan Elia, atau sang Imam Mahdi, sang Penterjemah dari Hukum Tuhan dalam DSS, sebagai pemulih dan raja dari Milenium, dan mereka kemudian menyatakan bahwa Isa atau Yesus Kristus datang setelah pelepasan Iblis (dalam hal ini Daddjal), untuk peperangan terakhir atau Gog dan Magog sebelum kebangkitan yang ke dua. Dari situ diketahui bahwa mereka tidak menyadari bahwa ada dua peperangan Gog dan Magog, satu di awal dan satu di akhir dari Milenium. Akan tetapi penantian akan nabi ini adalah tetap sama.
Pengharapan Mesianis dalam Islam telah dipeluk oleh pergerakan Ahmadiyyah yang didirikan oleh Mirza Ghulam Armad di akhir abad ke 10 yang telah mengambil konsep Hindu dan juga konsep Mesianis Timur Tengah (lihat K. Cragg [juga terdapat dalam Ling 7.37 dan 7.39], Islam and the Muslim, Open University Press, 1978, hal. 70). Karena itu konsep ini adalah konsep yang sesat.
Dalam Surah 18 Gua kita menemukan, dalam ayat 95-111, bahwa Gog dan Magog (Pemimpin dan Bangsa) mula-mula dibatasi secara alegoris oleh gundukan diantara bangsa-bangsa (pegunungan) dan pada ayat 99 dan 100 kita menemukan bahwa mereka dilepaskan di saat peniupan sangkakala terakhir dan dihancurkan oleh Tuhan sebelum tibanya Hari Kebangkitan pada ayat 106. Taman Firdaus disebut sebagai upah selepas kebangkitan pada ayat 108, tetapi diasumsikan bahwa yang dimaksudkan adalah taman yang ke dua atau yang terbaru.
Simbolisme pegunungan disini mempunyai berbagai variasi arti alegoris. Dari Alkitab kita tahu bahwa bangsa-bangsa (selalu dilambangkan dengan pegunungan) diratakan dan dihancurkan oleh Yesus Kristus, tetapi setelah pelepasan Iblis, Gog dan Magog muncul kembali untuk peperangan yang ke dua dan terakhir. Nampaknya Muhammad menggunakan gundukan ini sebagai pelambang untuk meniadakan perbezaan pada kekuasaan nasional di bawah pemerintahan Mesias, tetapi sekalipun demikian, tetap kekal pada identitas genetis sebagaimana yang menjadi pengharapan dalam batasan yang disebutkan oleh Musa. Hubungan antara batasan alami pegunungan Kaukasus tidaklah terhindarkan bagi bangsa Arab di jaman Muhammad dan, karena itu, pernyataan ini harus dianggap sebagai alegori yang penting. Pesan dari Qur’an harus diinterpretasikan dalam konteks Alkitab.
Apabila dibaca dan diertikan secara terpisah dari kitab lain, Qur’an, sebagaimana juga Perjanjian Baru, boleh diselewengkan, dan tidak dapat dihindari dari menjadi sumber perpecahan, penganiayaan dan peperangan. Apabila ketiga-tiga Kitab tersebut dibaca secara serentak, yang mana sepatutnya demikian, pemahaman mungkin menjadi nyata dan satu rencana keselamatan yang lengkap akan muncul yang mana tidak boleh disalah ertikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar